Untuk Mencegah Stunting, Anak Membutuhkan Protein Hewani Bukan Biskuit

Persoalan stunting pada anak yang terjadi sejak dini, saat ini menjadi isu utama pemerintah dalam memberantasnya. Persoalan stunting yang paling utama, yakni kurangnya asupan protein hewani yang diberikan kepada bayi.

Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso protein hewani baru digaungkan selama beberapa waktu belakangan ini. Seharusnya, protein hewani menjadi kunci yang sangat penting sejak dahulu untuk bantu mencegah stunting.

"Kita mungkin ingat, anak-anak balita di posyandu pemberian makanan tambahannya bubur kacang hijau atau biskuit. Padahal masalah stunting ini kata kuncinya harus keluar protein hewani," katanya.

Terlebih Piprim menjelaskan, dalam tubuh anak terdapat mTORC, yang dapat memicu pertumbuhan. mTORC tersebutlah yang sebenarnya sangat sensitif pada kadar asam amino esensial.

"Ketika asam amino esensial yang berasal dari protein hewani itu rendah, mTORC ini tidak aktif. Tapi ketika kadar asam amino esensialnya cukup tinggi, maka saklar pertumbuhan ini terpicu, di switch on," kata Piprim.

"Kemudian pertumbuhan anak-anak tersebut berlangsung dengan baik. Termasuk pertumbuhan linear, tumbuh badan, pertumbuhan otaknya, pertumbuhan ususnya, sistem imunnya, dan lain-lain."

Terkait pemberian biskuit, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak lagi memberikan asupan tambahan biskuit untuk mencegah anak stunting.

Ia menegaskan, makanan tambahan seperti biskuit untuk anak merupakan anggapan yang keliru untuk mencegah stunting.

"Dan jangan sampai keliru, karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari Kemenkes RI masih memberi biskuit pada anak, cari mudahnya saja," kata Jokowi.

Pemberian biskuit dinilai tidak efektif mencegah stunting karena minim kandungan gizi. protein hewani dinilai efektif dalam mencegah anak mengalami stunting.