health
Tak Perlu Pap Smear, Bio Farma Sudah Bikin Alat Pendeteksi Kanker Serviks Hanya Melalui Urine Loh
Bio Farma membuat alat pendeteksi kanker serviks dengan menggunakan media urine atau air seni.
Kanker serviks atau kanker mulut rahim tentunya menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan. Namun untuk mendeteksinya, seseorang harus melakukan pap smear dengan menggunakan alat bernama spekulum yang berbentuk seperti moncong bebek untuk membuka leher rahim sehingga sampel serviks lebih mudah diambil.
Namun saat ini, perusahaan farmasi pelat merah alias milik negara, PT Bio Farma (Persero) sudah memproduksi alat diagnosis Kanker serviks melalui metode terbaru. Yakni dengan mengeceknya melalui cairan urine atau air seni yang diklaim lebih nyaman bagi para pengguna jika dibandingkan dengan cara konvensional pap smear.
"Kami sudah siapkan kit-nya, bisa dilakukan tes dengan gampang. Selama ini kan pap smear, kalau teknologi kami bisa dari air seni, jadi orang lebih nyaman," kata Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir seperti dikutip Antara.
Ia mengemukakan, metode dengan mengambil sampel urine menjadi salah satu alternatif bagi yang tidak suka pap smear.
"Mungkin ada juga orang yang tidak suka pap smear, di-swab gitu kan. Tapi teknologi baru ini cukup dengan air seni saja, mungkin banyak orang tertarik untuk melakukan diagnostik terhadap kondisi apakah dia rentan terhadap kanker atau tidak," katanya.
Metode deteksi dini Kanker serviks melalui air seni bisa untuk semua usia yang sudah masuk usia subur.
"Orang bisa beli. Kalau ada program pemerintah mereka bisa ikut, atau mereka ingin partisipasi," katanya.
Honesti mengemukakan, jika alat tersebut digunakan dalam program pemerintah, akan ada persyaratan tertentu.
"Alat ini bisa dilakukan di semua laboratorium diagnostik yang kerja sama dengan Bio Farma," katanya.
Untuk saat ini, ia menargetkan alat tersebut bisa didistribusi ke seluruh jaringan laboratorium Bio Farma mulai Januari 2023.
Saat ini pihaknya masih terus melakukan serangkaian tes untuk mendapatkan data yang lebih akurat, pun produksi teknologi baru itu juga masih bergulir.
"Sebenarnya barangnya sudah ada, tapi kami lakukan beberapa tes dulu dengan Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan data yang lebih akurat," katanya.