health

Moms n Dads, Yuk Belajar dari Kisah Sedih Bocah Bernama Kai Akibat "On Screen"

Kisah yang dialami Kai membuktikan betapa bahayanya bila anak keseringan menatap layar gadget alias on screen.


Editor: Cahyaningrum
Kamis, 1 Desember 2022 | 16:00 WIB
Ilustrasi anak-anak yang sering on screen atau menatap layar gadget berisiko terganggu penglihatannya. (Pexels/JessicaLewisCreative)
Ilustrasi anak-anak yang sering on screen atau menatap layar gadget berisiko terganggu penglihatannya. (Pexels/JessicaLewisCreative)

Saat balita seharusnya seorang anak bebas bergerak tanpa dibatasi kacamata. Sayangnya tidak dengan Alkainno Byakta Cahyadi. Bocah 5 tahun ini sudah menggunakan kacamata dengan minus kiri 5,5, minus kanan 8.75.

 “Kami sampai periksa ketiga dokter mata saking syoknya. Tiba-tiba minus mata Kai udah besar,” kata Cahyadi, ayah Kai. “Diagnosa dokter ada 2 faktor penyebabnya, genetik dan kebiasaan. Genetik karena istri minus 7, dan kebiasaan Kai yang on screen gawai full dari pulang sekolah sampe malam. “

Menurut dr. Sri Handayani Mega Putri Sp.M Subsp. Pediatrik Oftalmology, ada beberapa terapi yang bisa dilakukan Kai. 

“Obat tetes untuk mencegah laju minus: atropin dosis rendah, memakai contact Lens, Ortho-K, bedah misalnya Lasik, Phakic IOL, Clear Lens Extraction.”

Masih menurut dokter yang berpraktek di RS Hermina Bekasi Barat ini,  untuk pemakaian contact lens (lensa kontak) sifatnya personal, tergantung komitmen orangtua dan anak. 

Orangtua harus benar-benar mengawasi dengan detail dan seksama pemakaian pada anaknya. 

Jika tidak bisa berkomitmen, lensa kontak sebaiknya tidak dipakai sama sekali. 

Karena pemakaian yang tidak sesuai dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi, luka kornea, dan infeksi yang bisa berakibat kebutaan. 

Sedangkan tindakan bedah  bertujuan mengurangi gangguan refraksi. Bedah dilakukan pada kornea atau pada lensa mata.

Bedah dilakukan di atas 18 tahun demi keamanan dan kenyamanan, karena kelainan refraksi sudah stabil.

Ada pula semacam contact lens, tapi pemakaiannya hanya pada malam hari waktu tidur, yakni Ortho-K. 

Fungsinya membentuk cetakan kornea selama tidur sehingga membuat daya pembiasan kembali menjadi seperti normal. 

Dan, pada pagi dan siang hari penglihatannya normal tanpa kaca mata, tapi setelah beberapa saat bentuk kornea kembali seperti semula (akan kembali lagi mata minusnya).

Itu sebabnya dipakai setiap malam, setiap hari. “Agar malam kornea dibantu dibentuk dengan lensa ortho-K. Rata-rata yang bisa dikoreksi dengan ortho K adalah kelainan derajat ringan sampai sedang di bawah minus 6.”

Masih menurut dr  Putri paling aman dan minimal resikonya memang kaca mata. Sedangkan terapi lain butuh komitmen dan kepatuhan yang tinggi serta kontrol yang teratur dan berkala. 

Namun jika memang komitmen dan patuh, hasilnya baik, bahkan melebihi terapi kaca mata.

Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati. dr Putri menyarankan bayi baru lahir hingga usia2 tahun tidak boleh on screen dengan gawai. Usia 2 hingga 5 tahun: 1 jam per hari. Dan usia 5 hingga 18 tahun 2 jam per hari.

Dr Putri menambahkan jarak mata dengan layar gawai kurang lebih 50 cm, atau serentang tangan anak.

Jika layar lebih besar seperti TV, jarak idealnya adalah 5x lebar inchi layar tersebut. Misalnya layar ukuran 20 inchi, maka jarak ideal adalah 5x20 = 100 inchi = 2,5 meter.

Dan selalu ingat healthy eye habit; modifikasi life style, Moms n Dads, di antaranya sebagai berikut:

  1. Usahakan ada waktu sekitar 1 hingga 2 jam per hari untuk kegiatan / aktivitas outdoor. Kegiatan outdoor signifikan mengurangi laju mata minus.
  2. Kurangi kegiatan near work (melihat gawai). Sesuaikan durasi near work dengan usia.
  3. Aplikasikan 20-20-20 rules. Dimana setiap 20 menit melihat layar, istirahat 20 detik sambil melihat jauh sejarak 20 feet (sekitar 6 meter).

Kini Kai menjalani terapi kacamata dan mengikuti modifikasi lifestyle. 

“Pengalihannya Kai sekarang ke televisi. Tapi kami batasi waktu dan jarak pandangnya. Alhamdulillah sejak Kai lepas dari gawai, secara emosi dia lebih stabil. Kalau dulu lebih sering ngamuk,” kata Cahyadi.

Yuk, Moms n Dads batasi waktu anak on screen sebelum terlambat


 

Tag on screen menatap layar gadget Bahaya Gadget

Terkini