health
Konon Banyak Dialami Artis, Ini Ciri Orang Idap Star Syndrome
Merasa superior adalah ciri khas narsisme.
Perseteruan artis Bunga Zainal dan Ria Ricis belum juga berakhir. Belakangan, mereka bahkan makin gencar saling sindir di media sosial.
Semua berawal dari curhatan Bunga Zainal di media sosial. Dia geram diabaikan seorang Youtuber dalam sebuah acara. Padahal, di momen tersebut Bunga Zainal sudah tersenyum.
Saking kesalnya, Bunga Zainal menyebut Youtuber perempuan tersebut alami star syndrome.
Meski tak menyebut nama, warganet yakin Youtuber yang dimaksud adalah Ria Ricis. Benar saja, video momen pertemuan mereka beredar di media sosial.
Bicara soal star syindrome memang tak pernah lepas dari artis. Selain Ria Ricis, ada sederet artis lainnya yang dianggap alami star syndrome.
Lantas apa sebenarnya star syndrome?
Dilansir dari laman, Halodoc star syndrome adalah kondisi saat seseorang merasa dirinya sempurna, mengagumkan, dan terkenal, padahal kenyataannya tidak. Secara medis, kondisi ini dikenal juga dengan sebutan gangguan kepribadian narsistik.
Apa saja ciri-ciri star syndrome?
1. Sering Merendahkan atau Meremehkan Orang Lain
Orang dengan kondisi ini merasa terancam setiap kali mereka bertemu dengan seseorang yang tampaknya memiliki kekurangan. Terutama mereka yang percaya diri dan populer.
Mekanisme pertahanan mereka adalah penghinaan. Satu-satunya cara untuk menetralisir ancaman dan menopang ego mereka yang kendur adalah dengan menjatuhkan orang-orang itu.
Mereka mungkin melakukannya dengan cara merendahkan atau meremehkan seolah-olah untuk menunjukkan betapa kecil arti orang lain bagi mereka. Bahkan, mereka juga mungkin menyerang dengan hinaan, ejekan, intimidasi, dan ancaman.
2. Rasa Superior yang Berlebihan
Merasa superior adalah ciri khas narsisme. Lebih dari sekadar kesombongan biasa, rasa superior yang dimiliki seringkali tidak realistis. Mereka percaya bahwa mereka unik atau istimewa, dan hanya dapat dipahami oleh orang-orang spesial lainnya.
Selain itu, mereka juga merasa sangat hebat dalam sesuatu, padahal sebenarnya biasa saja. Mereka hanya ingin bergaul dan diasosiasikan dengan orang, tempat, dan benda lain yang berstatus tinggi.
3. Mengeksploitasi Orang Lain Tanpa Rasa Bersalah atau Malu
Orang dengan star syndrome tidak pernah mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi perasaan orang lain. Mereka juga tidak bisa menempatkan diri mereka pada posisi orang lain.
Dengan kata lain, mereka kurang empati. Dalam banyak hal, mereka memandang orang-orang dalam kehidupan mereka sebagai objek yang harus melayani kebutuhan mereka.
Akibatnya, mereka tidak berpikir dua kali untuk mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Kadang-kadang eksploitasi antarpribadi ini berbahaya, tetapi seringkali tidak disadari.
Orang dengan kondisi ini juga sama sekali tidak memikirkan bagaimana perilaku mereka memengaruhi orang lain. Bahkan jika kamu menjelaskannya, mereka belum tentu akan benar-benar mengerti. Satu-satunya hal yang mereka mengerti adalah kebutuhan mereka sendiri.
4. Hidup di Dunia Fantasi
Karena kenyataan tidak mendukung pandangan muluk mereka tentang diri mereka sendiri, orang dengan sindrom ini bisa dibilang hidup di dunia fantasi. Dunia tersebut ditopang oleh distorsi dan kebohongan pada diri sendiri.
Mereka sering memutar fantasi tentang kesuksesan mereka yang seolah tak terbatas, daya tarik, kecemerlangan, dan hal-hal yang membuat mereka merasa istimewa. Fantasi ini melindungi mereka dari perasaan kekosongan batin dan rasa malu, sehingga fakta dan pendapat yang bertentangan dengan mereka diabaikan atau dirasionalisasi.
5. Merasa Sangat Berhak untuk Apapun
Karena mereka menganggap diri mereka istimewa, orang dengan star syndrome mengharapkan perlakuan yang baik sebagai hak mereka. Mereka benar-benar percaya bahwa apa pun yang mereka inginkan, harus didapatkan.
Mereka juga mengharapkan orang-orang di sekitar mereka untuk secara otomatis menuruti setiap keinginan dan keinginan mereka. Jika kamu tidak memenuhi setiap kebutuhan mereka, maka kamu akan dianggap tidak berguna.
6. Membutuhkan Pujian dan Kekaguman Yang Konstan
Rasa superioritas orang dengan kondisi ini seperti balon yang secara bertahap kehilangan udara. Tanpa aliran tepuk tangan dan pengakuan yang stabil untuk membuatnya tetap mengembang.
Pujian sesekali saja tidak cukup. Mereka merasa perlu “asupan” untuk ego mereka, sehingga mereka cenderung senang bersama orang yang bersedia memujanya dan memenuhi keinginan obsesif mereka.