health

Orangtua Wajib Waspadai Campak yang Bisa Berakibat Kematian

Penyakit campak saat ini menjalar di duaratusan lebih kabupaten/kota di Indonesia.


Editor: Yani
Jumat, 20 Januari 2023 | 09:18 WIB
Ilustrasi kulit terinfeksi campak. (Freepik)
Ilustrasi kulit terinfeksi campak. (Freepik)

Dalam beberapa waktu terakhir, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat adanya peningkatan kasus campak. Bahkan berdasarkan data terakhir, sejumlah 223 kabupaten/kota mencatat kenaikan infeksi campak.

Kepala Biro Komunikasi Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi menyebut kebanyakan dari mereka mengalami gejala ruam dan demam. Ia pun mengemukakan, ada 3.341 kasus di tahun 2022 yang dilaporkan di 223 kabupaten dan kota dari 31 provinsi.

Lantaran itu, dr Nadia mewanti-wanti bahwa campak tidak hanya menyerang usia anak atau balita.

"Seluruh kasus dilaporkan di segala usia," kata dia.

Kemunculan kasus campak disebutnya akibat dari vaksinasi atau imunisasi yang rendah selama pandemi COVID-19. Meski begitu, untuk mengejar ketertinggalan, pemerintah dalam hal ini Kemenkes RI telah melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).

Sementara itu, Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Anggraini Alam, SpA(K) mengatakan anak yang terkena campak sangat berisiko meningkatkan infeksi karena turunnya kekebalan tubuh atau antibodi.

"Tentunya pada anak-anak yang tidak divaksin terjadilah lupa akan daya tahan tubuh, itu berlangsung cukup lama sehingga kekebalan atau memori kita terhadap berbagai penyakit itu bisa lupa apabila terinfeksi campak," ucapnya seperti dikutip Antara.

Lantaran itu, ia mengingatkan orangtua bahwa penyakit campak tidak boleh disepelekan karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berujung kematian.

Ia mengatakan, kematian tertinggi pada infeksi campak apabila sudah sampai ke paru atau pneumonia.

Bahkan, angka kematian campak karena penyakit tersebut lebih dari 50 persen mendekati 90 persen kematian.

Selain itu, campak yang dibarengi dengan gizi buruk juga cukup memprihatinkan.

"Sudah ada peringatan dari WHO, Asia Tenggara membutuhkan kecepatan tinggi supaya kita tekan campaknya karena banyak yang tertinggal," ucapnya.

Saat ini IDAI mengeluarkan rekomendasi tatalaksana campak, termasuk pada kelompok anak yang berisiko campak berat karena tidak pernah mendapatkan imunisasi dan malnutrisi.

Tatalaksana yang bisa dilakukan, jika ada kotoran mata sampai berwarna hijau bisa diberikan salep antibiotik, kompres air hangat saat demam dan cukupi cairan agar tidak dehidrasi.

"Maka itu IDAI mengeluarkan rekomendasi tatalaksana campak karena tidak ada antivirusnya," ucapnya.

Tag campak idai dokter anak

Terkini