health

Orangtua Penderita AIDS, Bisakah Anak Tidak Tertular?

Infeksi HIV pada anak sebagian besar (sekitar 95%) didapat dari ibu. Nah, jika Moms sudah tertular apakah akan menularkan bayi yang ada dalam kandungan? Bisakah anak lahir tanpa tertular HIV dari orangtuanya?


Editor: Nurakhmayani
Rabu, 30 November 2022 | 21:58 WIB
foto: Ilustrasi sakit Ipexels/Andrea Piacquadio)
foto: Ilustrasi sakit Ipexels/Andrea Piacquadio)

Setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. 
Banyak penderita HIV/AIDS adalah ibu-ibu yang umunya terkena akibat penularan dari suaminya. 
Infeksi HIV pada anak sebagian besar (sekitar 95%) didapat dari ibu. 
Nah, jika Moms sudah tertular apakah akan menularkan bayi yang ada dalam kandungan? Bisakah anak lahir tanpa tertular HIV dari orangtuanya?
Yuk, simak penjelasan yang diuraikan oleh Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang seperti yang dilansir dari laman Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Secara global, infeksi baru dan kematian akibat HIV/AIDS menunjukkan tren menurun, namun di Indonesia hal ini masih terjadi peningkatan. 
Infeksi HIV dilaporkan pertama kali pada tahun 1981. 
Delapan belas bulan kemudian, kasus anak HIV positif akibat penularan secara vertikal oleh ibunya baru dilaporkan. 
bayi yang lahir dari ibu HIV/AIDS dikenal dengan sebutan BIHA (bayi lahir dari ibu HIV/AIDS).
Transmisi (penularan) HIV dari ibu dengan HIV positif ke bayi disebut transmisi vertikal dapat terjadi melalui plasenta pada waktu hamil (intrauterin), waktu bersalin (intrapartum) dan pasca natal melalui air susu ibu (ASI).
Tidak semua ibu pengidap HIV akan menularkannya kepada bayi yang dikandungnya. HIV tidak melalui barier plasenta. 
Transmisi vertikal terjadi sekitar 15-40%, sebelum penggunaan obat antiretrovirus. 
Diperkirakan risiko transmisi melalui ASI adalah 15%. 
Apabila ibu terinfeksi pada saat hamil tua atau pada saat menyusui maka risiko tersebut meningkat sampai 25%. 
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya yang baru lahir. 
Bila ibu baru tertular HIV pada akhir masa kehamilan, maka risiko bayi terinfeksi HIV saat lahir tinggi.
Oleh karena itu pasangan laki-laki terinfeksi HIV harus menghindari hubungan seks tanpa kondom dengan pasangan perempuan yang HIV- negatif waktu dia hamil.
Moms, pada risiko transmisi vertikal bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Usia kehamilan. Transmisi vertikal jarang terjadi pada waktu ibu hamil muda, karena plasenta merupakan barier yang dapat melindungi janin dari infeksi pada ibu. Transmisi terbesar terjadi pada waktu hamil tua dan waktu persalinan.
2. Beban virus di dalam darah.
3. Kondisi kesehatan ibu . Stadium dan progresivitas penyaklit ibu, ada tidaknya komplikasi, kebiasaan merokok, penggunaan obat-obat terlarang dan defisiensi vitamin  A.
4. Faktor yang berhubungan dengan persalinan; seperti masa kehamilan, lamanya ketuban pecah, dan cara persalinan bayi baru lahir.
5. Pemberian profilaksis obat antiretroviral
6. Pemberian ASI
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk pencegahan transmisi vertikal
• Pencegahan primer
Dilakukan dengan melakukan konseling sukarela dan rahasia serta melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi sedini mungkin pengidap HIV. 
• Pencegahan sekunder
1. Pemberian terapi ARV bagi ODHA hamil. 
Ketika Moms hamil dengan HIV harus diberi terapi ARV, tanpa harus menunggu pemeriksaan jumlah CD4, karena kehamilan itu sendiri merupakan indikasi
2. Pemberian terapi ARV yang dilanjutkan seumur hidup.
3. Pemberian profilaksis ARV untuk bayi lahir dari Moms penderita HIV. 
bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV yang mendapatkan pengganti ASI (PASI) diberikan profilaksis zidovudin dengan dosis sesuai usia gestasi selama 6 minggu. 
4. Pertolongan persalinan oleh petugas terampil.
5. Pembersihan jalan lahir. 
6. Persalinan dengan seksio sesaria. 
Bedah sesar elektif pada usia kehamilan 38 minggu untuk mengurangi risiko transmisi vertikal infeksi HIV..
7. Menjaga kesehatan ibu
8. Pemberian profilaksis kotrimoksazol untuk bayi lahir dari Moms terinfeksi HIV. 
Profilaksis kotrimoksazol diberikan kepada seluruh bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV sejak usia 6 minggu sampai terbukti tidak terinfeksi HIV dengan uji diagnostik yang sesuai dengan usia.
9. Pemberian nutrisi pada bayi yang lahir dari Moms terinfeksi HIV. 
Moms harus diberikan eksklusif selama 6 bulan, dengan syarat Moms harus mendapatkan ARV kombinasi dan anak mendapatkan ARV profilaksis. Pemberian nutrisi campur ASI dan PASI (mixed feeding) harus dihindari karena menempatkan bayi pada risiko terinfeksi HIV yang lebih tinggi
Moms, sebenarnya penularan HIV dari Moms ke bayi bisa diminimalkan dengan cara Moms rutin mengkonsumsi ARV.
Proses persalinan sebaiknya dilakukan dengan operasi caesar, tetap memberikan ASI eksklusif (bila jumlah virus Moms rendah), namun jika bayi sudah pernah diberi susu formula maka sebaiknya ASI tidak diberikan lagi karena ada kekhawatiran perubahan pada saluran cerna bayi yang memudahkan virus HIV masuk ke tubuh bayi
Tetapi jika yang positif adalah Dads, maka Moms dan anaknya anak bisa saja tidak tertular.
Tetapi Dads harus mengkonsumsi ARV secara teratur selama beberapa waktu sebelum berhubungan intim, atau bisa juga dilakukan metode sperm washing untuk mencuci sperma sehingga meminimalkan resiko penularan HIV pada Moms. Jika Moms tidak tertular HIV, maka anaknya pun kemungkinan juga tidak tertular

Tag orangtua bayi HIV/AIDS

Terkini