health
Indonesia Dibayangi 'Resesi Seks' karena Pergeseran Pola Pikir dalam Masyarakat
Resesi seks atau keengganan seseorang atau pasangan suami istri untuk memiliki anak atau memilih punya anak sedikit berpotensi terjadi di Indonesia.
Resesi seks atau keengganan seseorang atau pasangan suami istri untuk memiliki anak atau memilih punya anak sedikit berpotensi terjadi di Indonesia. Problem tersebut saat ini tengah melanda sejumlah negara Asia, seperti Thailand dan Korea Selatan.
Ancaman Resesi seks menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memang masih lama terjadi di Indonesia, namuan hal tersebut perlu diwaspadai seiring usia pernikahan yang semakin lama semakin meningkat.
"Ada, potensi (untuk kita Resesi seks) itu ada. Karena usia pernikahan kita semakin lama semakin meningkat," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo seperti dilansir Antara.
Di Indonesia saat ini, kata Hasto, banyak warganya yang masih menjadikan pernikahan untuk memiliki anak sebagai salah satu tujuan hidup. Namun, kemungkinan terjadinya Resesi seks sangat besar karena berubahnya pola pikir terkait pernikahan atau memiliki anak, gaya hidup yang berubah atau melakukan seks yang bertujuan hanya untuk sekadar rekreasi saja.
Sementara itu, potensi Resesi seks yang mungkin terjadi yakni kebutuhan pernikahan yang berubah, seperti seorang istri memutuskan menikah untuk mendapatkan pengayoman atau keamanan hidup dari suami saja. Pun suami yang menikah hanya untuk tujuan hiburan atau rekreasi.
Hasto mengemukakan, bahaya perilaku nonprokreaksi yang akan berujung pada kurangnya pertumbuhan penduduk (minus growth) hingga zero growth sehingga mengganggu laju angka kesuburan total (TFR).
"Misalnya di Jawa Timur, Yogyakarta dan Jawa Tengah itu beberapa kabupaten sudah ada yang zero growth atau minus growth. Sehingga ada daerah-daerah yang orangnya bukan semakin banyak malah semakin habis,” katanya.
Sebelumnya, sejumlah negara diberitakan telah mengalami Resesi seks akibat gaya hidup yang berubah. Berdasarkan laporan The Straits Time pada 2020, TFR Thailand menyusut menjadi 1,24, lebih rendah dari tingkat peremajaan populasi yang sebesar 1,6.
Sedangkan TFR Korea Selatan berada pada 0,8, setelah banyak pasangan menyatakan tak ingin punya anak dalam membangun rumah tangga dan juga karena alasan biaya hidup yang semakin tinggi.