health

Bumil atau Baru Melahirkan Gampang Melow dan Stres: Ini Sederet Risiko yang Bisa Dialami Bayi

Jangan dibiarkan berlarut-larut ibu hamil atau yang baru melahirkan tenggelam dalam kesedihan atau stres, karena bisa berdampak buruk pada bayi. Apa saja?


Editor: Cahyaningrum
Kamis, 1 Desember 2022 | 13:10 WIB
Ilustrasi ibu hamil atau ibu yang baru melahirkan harus mendapatkan dukungan dari suami dan orang-orang terdekat agar nggak larut dalam kesedihan. (Foto: Pexels/Jonathan Borba)
Ilustrasi ibu hamil atau ibu yang baru melahirkan harus mendapatkan dukungan dari suami dan orang-orang terdekat agar nggak larut dalam kesedihan. (Foto: Pexels/Jonathan Borba)

Ibu hamil atau baru melahirkan perlu mendapatkan dukungan dan perhatian cukup untuk memastikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik.

Selama masa kehamilan, dr Ardiansjah Dara Sjahruddin, Sp.OG mengatakan, banyak perubahan terjadi pada wanita, mulai dari fisik hingga psikis, serta yang tidak tampak, yaitu perubahan hormonal.

Pada trimester pertama, hormon yang meningkat dalam tubuh wanita antara lain hormon estrogen dan progesteron.

Ditambah lagi, ada pula hormon kehamilan yang muncul, yakni hormon beta chorionic gonadotropin (beta hCG), yang kerap mengakibatkan mual dan muntah.

"Makanya enggak heran trimester pertama sekitar 75-80 persen Ibu hamil pasti mual. Nah, yang 20 persen enggak mual atau istilahnya hamil kebo," ujarnya di acara perayaan ulang tahun aplikasi Teman Bumil yang kelima.

Ketiga hormon tersebut, lanjut dokter yang akrab disapa dr. Dara, sangat berpengaruh terhadap perubahan psikis Ibu hamil, sehingga jadi lebih sedih, menangis, dan gampang marah-marah.

Hal ini selaras dengan survei yang dilakukan oleh Teman Bumil terhadap 1.504 Ibu hamil, 64,6 persen mengaku lebih mellow dan sering sedih, sementara 38,4 persen mengaku jadi lebih stres selama hamil.

Selain masalah hormonal, ada beberapa faktor eksternal yang menjadi pemicu Ibu hamil tidak bahagia atau stres. 

Saat ditanyakan oleh Teman Bumil, kondisi finansial yang belum stabil (44,3 persen) berada di urutan pertama.

Kemudian, disusul dengan masalah kehamilan yang cukup mengganggu (35,8 persen), belum atau sulit menyiapkan biaya persalinan (23,9 persen), masih harus bekerja atau mengurus seluruh pekerjaan rumah tangga sendirian (21,5 persen), dan menjalani kehamilan sambil mengurus anak (20,7 persen).

Dampak bagi Janin Bila Moms Nggak Bahagia
Meski kebanyakan terjadi di trimester pertama, kondisi psikis yang naik turun juga bisa berlanjut sampai trimester kedua, bahkan trimester ketiga.

Hal yang paling mengganggu di trimester kedua, ujar dr. Dara, biasanya terkait dengan perubahan bentuk fisik.

Sementara di trimester ketiga, Ibu hamil kerap stres terkait proses persalinan yang akan ditempuhnya kelak.

Walau hormon berperan besar, kesedihan pada Ibu hamil tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.

"Dampak secara tidak langsung itu ada, ya. Contohnya, ibu-ibu yang bersedih berkepanjangan berpotensi mengalami persalinan prematur. Bisa juga, anaknya kecil. Kita istilahkan BBLR (bayi berat lahir rendah)," kata dr Dara.

Saat para Ibu hamil sedih dan banyak pikiran, bisa jadi malas makan atau makan tidak teratur.

Akibatnya, janin menjadi kekurangan nutrisi lalu mengalami BBLR. Ada pula yang sampai tidak menjaga kebersihan diri, yang berisiko tubuh terpapar banyak bakteri.

Bakteri pun bisa masuk dari vagina ke dalam rahim, lalu menginfeksi selaput ketuban, yang memperbesar potensi mengalami ketuban pecah dini dan persalinan prematur.

Setelah melahirkan pun kondisi psikis Moms nggak boleh diabaikan.

Jika selama hamil hormon Moms mendadak meningkat, maka seusai bersalin hormon mendadak menurun, yang membuat perasaan jadi tidak menentu. "Kondisi ini kita kenal dengan baby blues," imbuh dr. Dara.

Dari 1.259 partisipan survei Teman Bumil yang memiliki anak 0-5 tahun, sebanyak 44,3 persen mengatakan mereka mengalami baby blues.

Baby blues bisa terjadi 2-3 hari setelah melahirkan lalu berlanjut hingga kurang lebih 2 minggu.

"Normalnya ini akan hilang. Namun bila diabaikan, dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. Ini cukup berbahaya karena ibu dapat melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri maupun sang anak."

Berdasarkan survei yang dihimpun oleh Teman Bumil, 92,8 persen Ibu hamil butuh dukungan suami dan orang terdekat agar bahagia selama menjalani kandungannya.

Sementara kelompok ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun butuh curhat ke suami atau orang terdekat (24,7 persen) dan minta tolong menjaga anak mereka sebentar (31,4 persen) ketika kewalahan dan stres.

Sebanyak 98,1 persen bahkan merasa perlu me time. Itu tandanya, sejak kehamilan hingga merawat anak, ibu butuh support system yang baik.

Menurut dr Dara, Moms memang sesekali perlu meluapkan apa yang dirasakannya kepada orang di sekitarnya.

Ia pun menyarankan, pasangan dan orang-orang terdekatnya perlu memahami kondisi Moms, yang tentunya nggak mudah dan banyak tantangan.

 

Tag Ibu Hamil baru melahirkan bumil bayi

Terkini