health
Bahaya Hidden Hunger bagi Bayi dan Peran MPASI untuk Mencegahnya
hidden hunger atau kelaparan tersembunyi terjadi ketika anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral esensial yang sesuai dengan kebutuhannya.
Hidden hunger atau kelaparan tersembunyi yang disebut pula defisiensi mikronutrien dalam dunia medis merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi atau malnutrisi pada anak.
Kondisi tersebut terjadi ketika anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral esensial yang sesuai dengan kebutuhannya.
Vitamin dan mineral untuk anak yang dimaksud, yaitu zinc (seng), zat besi, yodium, kalsium, atau vitamin A, B, C, atau D. Meski begitu, sebagian besar kasus Hidden hunger terkait dengan kekurangan zat besi, vitamin A, atau yodium pada anak.
Mikronutrien itu sendiri berperan dalam proses tumbuh kembang anak serta membantu menjaga kesehatannya, baik fisik maupun mental.
Sederet vitamin dan mineral tersebut memungkinkan tubuh memproduksi enzim, hormon, dan zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk bertumbuh dan berkembang secara normal.
Bila kebutuhan mikronutrien ini tidak terpenuhi, maka anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit serta memiliki perkembangan fisik dan mental yang buruk.
Oleh karena itu penting bagi Parents, terutama Moms menjaga proses tumbuh dan kembang anak sejak dini agar terhindar dari masalah gizi.
Untuk mendukung peran Parents dalam menjaga proses tumbuh kembang buah hati, Ketua IBI Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes dan Ketua BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), mengajak para bidan mendampingi para Moms di Indonesia memenuhi kebutuhan gizi anak untuk mencegah Hidden hunger (malnutrisi), sehingga tumbuh kembang dapat tercapai dengan optimal.
“malnutrisi atau gangguan gizi bisa berupa kelebihan, kekurangan gizi dan kekurangan zat gizi mikro, ini harus diwaspadai karena dapat menghambat tumbuh kembang anak,” terang DR. dr. Lanny Christine Gultom, SpA(K) di webinar nasional bidan Indonesia yang digelar oleh Indofood Nutrition bersama Klikdokter, Ikatan Bidan Indonesia dan BKKBN, sekaligus peluncuran SUN-MPASI difortifikasi rasa Kurma & Susu, belum lama ini.
Seringkali kekurangan zat gizi mikro ini, sambung Lanny dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini, nggak disadari oleh Parents, sehingga si kecil mengalami Hidden hunger, dimana anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral penting dalam jumlah cukup, seperti zat besi, zink, kalsium, vitamin A, B, C dan D.
Padahal kekurangan zat gizi mikro dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti tumbuh kembang anak tidak optimal, anemia, kecerdasan menurun, anak mudah sakit, penyakit mata, stunting dan sebagainya.
“Untuk mencegahnya, kebutuhan zat gizi mikro dapat dipenuhi melalui makanan pendamping air susu ibu (MPASI) buatan rumah tangga (home-made) atau komersial,” jelasnya.
Namun, pemenuhan zat gizi mikro dengan menggunakan MPASI buatan rumah tangga menjadi tantangan bagi Moms, karena harus menekankan pemilihan bahan makanan yang merupakan sumber zat gizi mikro yang dibutuhkan dan memerhatikan kemampuan bayi untuk menghabiskan makanan yang diberikan (akseptabilitas).
Lantas, makanan apa saja yang merupakan sumber zat gizi mikro yang bisa diolah menjadi MPASI?
Pakar Gizi, dr. Putri Sakti, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K memberikan beberapa rekomendasi seperti, hati ayam, hati sapi, daging sapi, wortel, ikan, telur dan kurma.
“Kurma familiar ya di Indonesia dan mengandung banyak vitamin dan mineral seperti vitamin B kompleks yang diperlukan untuk pembentukan energi dan jaringan tubuh,” jelasnya.
MPASI buatan rumah tentu saja menjadi pilihan terbaik, namun Moms harus tahu cara mengolahnya sehingga asupan vitamin dan mineralnya tidak berkurang.
Nggak Cuma itu, Moms juga harus memahami bahwa untuk memenuhi kebutuhan gizi harian bayi dibutuhkan makanan dalam jumlah yang relatif banyak.
“Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian bayi sebesar 11 mg diperlukan 85 g hati ayam atau 385 g daging sapi. Tentunya jumlah ini terlalu banyak untuk dikonsumsi mengingat lambung bayi masih kecil dan akan menyebabkan kelebihan asupan protein, sehingga MPASI fortifikasi yang telah diperkaya zat besi bisa menjadi alternatif,” jelas dr. Putri.
Ya, untuk memperkaya asupan nutrisi bayi, Moms dapat memadukan MPASI buatan sendiri dengan MPASI fortifikasi.
Namun Moms harus tahu MPASI komersial difortifikasi yang dipilih adalah produk yang mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan harus mengandung zat gizi makro dan mikro sesuai kebutuhan harian bayi berdasarkan Peraturan BPOM No 1 Tahun 2018 mengenai Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus.
Lalu, apa pengaruhnya bagi bayi bila Moms memadukan MPASI buatan sendiri dengan MPASI fortifikasi?
Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan, kelompok bayi usia antara 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengonsumsi MPASI buatan rumah tangga memiliki kadar hemoglobin, besi serum, dan feritin yang lebih rendah, serta berisiko lebih tinggi mengalami stunting dan wasting dibandingkan kelompok bayi berusia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan mengonsumsi MPASI komersial yang difortifikasi. (Irawan R, 2019).
Itu artinya MPASI yang difortifikasi dapat membantu mencukupi gizi makro dan mikro yang dibutuhkan bayi agar tumbuh kembangnya optimal.