parenting
Bangun Kebiasaan Anak Sejak Dini Merapikan Mainannya, Moms n Dads Bisa Coba 3 Langkah Ini
Daripada Moms n Dads jengkel setiap kali rumah berantakan karena mainan anak, lebih baik coba lakukan tips dari praktisi pendidikan anak untuk membiasakannya rapi setelah bermain.
Menyaksikan dan mendampingi proses pertumbuhan anak-anak di usia dini merupakan momen yang penuh tantangan dan juga penuh cerita bagi Moms n Dads.
Moms n Dads pun sering merasa semakin tertantang untuk menumbuhkan praktik baik dalam diri anak melalui hal-hal sederhana, salah satunya membiasakan anak merapikan mainan di rumah.
Pendidik Rumah Main Cikal Bandung, Bayu Putra Pratama menyampaikan pentingnya membangun kebiasaan Merapikan mainan untuk anak-anak usia dini.
Kini, lelaki yang akrab disapa Om Bayu memberikan langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan oleh orang tua dengan anak-anak usia dini dalam membangun kebiasaan merapikan mainan di rumah. Seperti apa langkahnya, simak di bawah ini!
1. Mencontohkan anak Cara Merapikan mainan, dan Memberikan Alasannya
Om Bayu menyebutkan bahwa langkah pertama yang dapat dilakukan Moms n Dads dalam memperkenalkan kebiasaan merapikan mainan adalah dengan memberikan contoh di hadapan anak seraya memberikan alasannya.
“Langkah pertama adalah mencontohkan cara mengambil dan menyimpan mainan sesuai dengan tempatnya kepada anak-anak. Serta memberikan alasan mengapa kita harus merapikan mainan.” ucapnya.
Langkah pertama ini, menurut Om Bayu, merupakan langkah yang merefleksikan fase anak usia dini yang selalu mengamati dan meniru apa yang orang tuanya lakukan.
Tentu, segala praktik baik yang diperlihatkan Moms n Dads akan diamati dan bahkan ditiru oleh anak.
Pemberian alasan, lanjut dia, akan mendorong anak-anak di usia 2-4 tahun semakin mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya, karena di fase ini kemampuan berpikir kritis sedang dalam tahapan perkembangan yang pesat dalam diri anak.
“anak-anak pada rentang usia 2-4 tahun, kemampuan dari kognitifnya sudah sangat berkembang, dimana kemampuan untuk berpikir kritis, berpikir kreatif, dan fleksibilitas berpikir pada anak-anak di usia tersebut sangat menonjol," terang Om Bayu.
Sehingga, lanjut dia, akan lebih baik jika Moms n Dads memberi pengertian atau alasan mengapa kita harus merapikan mainan?
Jika kita membiarkan mainan berserakan di lantai, nanti apa akibatnya ya?
Dan pertanyaan-pertanyaan masuk akal lainnya yang tentunya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak.
2. Merapikan mainan Bersama anak
Melakukan kegiatan merapikan mainan secara langsung bersama anak dapat dilakukan setelah orang tua dan anak bermain bersama.
Moms n Dads dapat mengajak anak untuk merapikan mainan di tempat yang ditentukan, tentunya dengan kalimat ajakan dan bukan paksaan.
“Langkah kedua yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan secara langsung dan turut serta di depan anak-anak," jelas Om Bayu.
Tentunya hal ini dilakukan setelah anak-anak memahami alasan atau esensi dari melakukan kegiatan beres-beres mainan di langkah pertama.
Sehingga anak-anak akan melakukan kegiatan beres-beres nggak sekadar merapikan mainan karena disuruh, tetapi juga bisa mengerti mengapa harus merapikan mainan bersama orang tua setelah selesai bermain.
3. Menggunakan Nyanyian Khusus saat Merapikan mainan Bersama anak
Om Bayu merekomendasikan langkah ketiga ini agar suasana dan antusiasme anak akan mendorongnya melakukan kegiatan merapikan mainan dengan baik.
“Di Rumah Main Cikal, biasanya guru kelas akan langsung bernyanyi dengan lagu “Beres-Beres” dan mulai merapikan mainan sesuai dengan letaknya," jelasnya.
Lalu untuk memudahkan anak-anak, pendidik, lanjut dia, para pendidik membuat label dengan foto mainan tertentu, yang ditempel pada masing-masing rak penyimpanan mainan.
"Hal ini bertujuan agar anak-anak dapat mengingat dengan mudah ketika menyimpan mainan sesuai dengan letaknya.” ceritanya.
Sebagai pendidik yang telah mengajar di Rumah Main Cikal Bandung untuk jenjang anak-anak usia 6 Bulan hingga 4 Tahun sejak 2017, Om Bayu pun mengingatkan Moms n Dads untuk memahami sudut pandang anak usia dini yang juga tengah berusaha mengenali dan memahami sekitarnya, termasuk belajar merapikan mainannya.
“Memang membutuhkan waktu untuk dapat membuat anak-anak melakukan kemampuan-kemampuan life skills secara mandiri, terutama pada anak-anak di rentang usia dini," terangnya.
Dan yang perlu diingat oleh Moms n Dads, sudut pandang dan pola pikir anak-anak dengan orang dewasa sangat berbeda.
Adanya ketidakseimbangan pola pikir antara anak-anak dan orang dewasa inilah yang sering kali membuat apa yang dirasa Moms n Dads sudah benar dan sempurna, namun ternyata menurut anak-anak tidak sama yang akhirnya konteks perbedaan ini terabaikan.
Pemahaman akan perbedaan sudut pandang, proses dan waktu bagi anak-anak usia dini untuk terbiasa akan aktivitas merapikan mainan ini secara bertahap tentu menjadi pengingat Moms n Dads untuk tidak memupuk dan menunjukkan emosi berlebihan apabila anak masih tidak ingin melakukannya.
Kuncinya menurut Om Bayu adalah membuat anak merasa kegiatan merapikan mainan adalah kegiatan yang menyenangkan dan bukan menekan.
Itulah 3 langkah yang bisa Moms n Dads lakukan berulang dan berkala, dengan harapan perlahan-lahan anak-anak mendapatkan contoh langsung bagaimana cara menyimpan mainannya dengan baik dan benar, mengetahui sebab-akibat jika tidak merapikan mainan.
"Dan, dengan menyanyikan lagu khusus ketika sedang merapikan mainan, selain menjadi tanda waktu untuk segera merapikan mainan, kegiatan ini pun akan menjadi lebih menyenangkan dilakukan bagi anak-anak," jelasnya.
Serta, ketika melakukan kegiatan beres-beres, lanjut Om Bayu, anak-anak tidak sekadar merapikan mainan karena disuruh, tetapi ia dapat mengerti mengapa ia harus melakukan kegiatan itu.