lifestyle
Cerita Aghniny Haque Dirundung Saat Masih Kecil, Hingga Dibilang Anak Haram
Aghniny Haque mengungkapkan kisah hidupnya yang pilu karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah.
Artis yang namanya melejit lewat Film KKN Desa Penari Aghniny Haque menceritakan masa lalunya yang kelam. Kisah masa lalunya yang suram tersebut diungkapkannya melalui akun YouTube Falcon.
Tak disangka, Aghniny mengungkapkan kisah hidupnya yang pilu karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah.
"Gue ini hidup cuma sama Ibu gue. Ibu gue itu struggle buat besarin gue. Nggak gampang ya ibu gue itu membesarkan gue karena financial," katanya.
Sejak kecil, ia mengaku hanya tinggal bersama ibunya yang juga berjuang membesarkannya. Aghniny menceritakan, ketika usianya baru tiga bulan dalam kandungan, ayahnya sudah meninggalkan mereka.
"Jadi bapak gue tuh kerjanya berlayar bukan orang Indonesia yang ketemu sama ibu gue dan akhirnya nikah. Setelah nikah, hamil, tiga bulan ibu gue mengandung, bapak gue pergi dan nggak pernah ada kabaranya lagi," katanya.
Mulai saat itu, sang ibu dan Aghniny Haque harus berjuang dari titik terendah dan menjaga agar dirinya tidak patah semangat. Namun, ia mengaku sempat merindukan sosok ayah dalam kehidupannya.
"Ya selama ini beban ya, penasaran punya Bapak gimana ya."
Mirisnya, ia bahkan pernah mendapat perundungan dari teman-teman sebaya hingga disebut sebagai anak haram atau tidak punya bapak.
"Gue kena bully karena dibilang anak nggak punya bapak, anak haram dan segala macam itu," katanya.
Kenangan mendapatkan perundungan di masa kecil seperti yang dialami Aghniny sebenarnya bisa berefek selama bertahun-tahun. Dalam suatu penelitian yang dimuat American Journal of Psychiatry terungkap, jika efek buruk 'dibully' pada masa kanak-kanak bisa menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan kognitif.
Peneliti dari King's College London, Louise Arseneault, mengatakan orang yang semasa kecilnya sering "dibully" atau diintimidasi berisiko besar mengalami depresi, kecemasan, serta memiliki kualitas hidup yang kurang baik bahkan hingga usia 50 tahun.
"Kita harus menyadari bahwa bullying memiliki dampak jangka panjang bagi anak-anak," kata Louise seperti dikutip Antara.
Sementara itu, menurut Dokter Riza Marlina, korban juga umumnya senantiasa melakukan flashback kepada kejadian yang membuatnya trauma.
"Dan akan menjadi lebih sensitif jika melihat, mendengar, atau mengalami hal yang berkaitan atau mirip dengan kejadian traumatis yang dialaminya," katanya seperti dikutip Alodokter.
Ia mengungkapkan, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melawan perasaan traumnatik tersebut, yakni:
- Melawan rasa takut itu dengan mengahlikan rasa takut itu dengan hal positif
- Hindari orang yang melakukan bulying
- Meminta dukungan dari pihak sekolah dan keluarga untuk mencertikan kondisi
- Lakukanlah hal positif dengan menyibukan diri
- Memperbanyak teman akan memperbaiki kondisi melawan rasa takut