parenting
Disiplin Perlu, Tapi....
Menanamkan sikap disiplin pada anak perlu dilakukan orangtua sejak usia dini. Namun orangtua harus konsisten dan siap menerima konsekuensi dengan aturan yang mereka buat agar anak-anak mereka juga mengikutinya.
Menanamkan sikap disiplin pada anak perlu dilakukan orangtua sejak usia dini.
Namun orangtua harus konsisten dan siap menerima konsekuensi dengan aturan yang mereka buat agar anak-anak mereka juga mengikutinya.
Moms, sikap disiplin seperti yang diulas oleh Lauren M. O'Donnell, PsyD dalam laman kidshealth.org, dibagi berdasarkan kelompok umur.
Usia 0 hingga 2 tahun
Pada kelompok usia ini, anak-anak secara alami ingin tahu segala yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Karena itu, Moms n Dads dituntut untuk bijaksana dalam melarang.
Jika ada barang-barang yang berbahaya seperti barang elektronik, pembersih lantai, obat-obatan dan lain-lain hendaknya dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
Saat bayi merangkak atau balita berjalan menuju objek bermain yang tidak dapat diterima atau berbahaya, dengan tenang katakan "Tidak" dan pindahkan anak Anda dari area tersebut atau alihkan perhatiannya dengan aktivitas yang sesuai.
Moms n Dads harus memberi tahu alasannya mengapa dilarang saat seorang anak balita yang telah memukul, menggigit atau melempar makanan. Moms n Dads juga dilarang memukul atau menampar anak dari segala usia.
Apalagi bayi dan balita sangat tidak mungkin dapat membuat hubungan antara perilaku mereka dan hukuman fisik. Mereka hanya akan merasakan sakitnya pukulan itu.
Dan jangan lupa bahwa anak-anak belajar dengan melihat orang dewasa, terutama orang tua mereka.
Karena itu, Moms n Dads harus menjaga perilaku didepan anak, pastikan bahwa perilaku Anda adalah bahan panutan.
Usia 3 hingga 5 tahun
Nah, di usia ini anak tumbuh dan mulai memahami hubungan antara tindakan dan konsekuensi. Moms dapat mulai mengomunikasikan aturan rumah keluarga Anda.
Coba deh Moms jelaskan pada anak-anak apa yang Anda harapkan dari mereka sebelum Anda menghukum mereka karena suatu perilaku.
Misalnya mencoret-coret dinding ruang tamu dengan spidol saat ia mereka berusia 3 tahun, Moms harus menjelaskan kepada mereka mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Jelaskan pula konsekuensi yang mereka terima jika melakukannya, misalnya si anak harus ikut membersihkannya serta tidak boleh menggunakan spidol di hari tersebut.
Semakin dini orang tua menetapkan standar "Saya menetapkan aturan dan Anda diharapkan untuk mendengarkan atau menerima konsekuensinya", semakin baik bagi semua orang.
Memang masih banyak orangtua untuk mengabaikan perilaku buruk anaknya tersebut atau dengan mengancam anak.
Ini menjadi preseden buruk serta melemahkan otoritas Anda sebagai orang tua, dan membuat anak-anak lebih mungkin menguji batas.
Sebenarnya kunci disiplin yang efektif adalah konsistensi dan penting bagi orangtua untuk menentukan bentuk aturannya lalu menegakkannya bersama dengan pasangan
Jika anak berperilaku baik, jangan lupa pula menghargai mereka dengan memberikan pujian. Sebab disiplin bukan hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang mengenali perilaku yang baik.
Misalnya, mengatakan "Aku bangga padamu karena berbagi mainanmu di kelompok bermain" biasanya lebih efektif daripada menghukum anak yang tidak berbagi.
Hal ini sekaligus untuk menegaskan perilaku mana yang Moms sukai. Ini membuatnya lebih mungkin terjadi di masa depan — semakin banyak perhatian yang kita berikan pada suatu perilaku, semakin besar kemungkinannya untuk berlanjut.
Tetapi jika anak melanjutkan perilaku yang tidak dapat diterima, cobalah Moms membuat bagan dengan kotak untuk setiap hari dalam seminggu.
Putuskan berapa kali anak dapat berperilaku tidak baik sebelum hukuman dimulai atau berapa lama perilaku yang tepat harus dilihat sebelum diberi hadiah.
Tempelkan grafik di lemari es dan lacak perilaku yang baik dan tidak dapat diterima setiap hari. Ini akan memberi anak dan Moms pandangan konkret tentang bagaimana perkembangannya.
Jika cara ini berhasil, pujilah anak karena belajar mengendalikan perilaku buruk dan, terutama, untuk mengatasi masalah yang membandel.
Orangtua harus ingat, anak-anak penting diberitahu apa yang harus dilakukan, bukan hanya mengatakan apa yang salah.
Misalnya, "Jangan melompat ke sofa", cobalah "Silakan duduk di sofa dan letakkan kakimu di lantai."
Usia 6 hingga 8 tahun
anak-anak harus percaya bahwa Moms bersungguh-sungguh dengan apa yang Moms katakan tentang peraturan yang telah dibuat.
Ini bukan berarti bahwa Moms tidak dapat memberikan kesempatan kedua atau membiarkan margin kesalahan tertentu, tetapi Moms harus konsisten bertindak berdasarkan apa yang Anda katakan.
Berhati-hatilah untuk tidak membuat ancaman hukuman yang tidak realistis seperti "Banting pintu itu dan kamu tidak akan pernah menonton TV lagi!", dalam kemarahan.
Hal ini bisa menjadi bumerang bagi Moms sendiri karena tidak menindaklanjuti ancaman itu.
Dalam sebuah perjalanan ke tempat wisata, Moms atau Dads mengancam untuk memutar mobil dan pulang jika pertengkaran di kursi belakang tidak berhenti, pastikan Moms serius melakukan hal itu.
Kredibilitas yang akan Moms n Dads peroleh dengan anak-anak jauh lebih berharga daripada perjalanan ke tempat wisata yang hilang.
Sementara hukuman besar dapat menghilangkan kekuatan Moms sebagai orang tua.
Misalnya Moms n Dads menghukum putra atau putri selama sebulan, bisa jadi anak tidak merasa termotivasi untuk mengubah perilaku karena semuanya telah diambil.
Karena itu, coba Moms n Dads bantu untuk menetapkan beberapa tujuan yang dapat dicapai anak-anak untuk mendapatkan kembali hak istimewanya dicabut akibat perilaku buruk.
Usia 9 hingga 12
Nah, kalau di kelompok usia ini anak dapat didisiplinkan dengan konsekuensi alami, Moms.
Moms n Dads dapat mengajari mereka untuk menghadapi konsekuensi dari perilaku mereka.
Misalnya, jika pekerjaan rumah (PR) anak kelas lima tidak selesai sebelum tidur, jangan paksa anak untuk mengerjakan PR hingga harus tidur larut malam.
Tetapi jangan pula Moms atau Dads membantu menyelesaikan PR tersebut. Jika hal tersebut dilakukan maka Anda akan kehilangan kesempatan untuk mengajarkan pelajaran hidup yang penting.
Jadi jika PR tidak selesai, maka anak Anda akan pergi ke sekolah pada hari berikutnya tanpa itu dan mendapatkan nilai buruk.
Moms n Dads boleh saja sih ingin menyelamatkan anak-anak dari kesalahan, tetapi dalam jangka panjang hal tersebut malah akan berdampak buruk pada anak. Biarkan mereka belajar dari kesalahan dan kegagalan.
anak-anak melihat apa artinya berperilaku tidak pantas dan mungkin tidak akan melakukan kesalahan itu lagi.
Namun, jika anak tetap mengulangi kesalahan yang sama, tidak belajar dari konsekuensi alami maka Moms n Dads dapat menyiapkan beberapa konsekuensi untuk membantu mengubah perilakunya.
Seperti menghapus hak istimewa seperti elektronik dapat menjadi konsekuensi yang efektif untuk kelompok usia ini.
Usia 13 tahun ke atas
Di usia ini anak Anda tahu apa yang diharapkan dan tunjukkan pula Moms n Dads konsisten bersungguh-sungguh dengan apa yang Anda katakan tentang hukuman untuk perilaku buruk.
Sebagai orangtua jangan lengah mendisiplinkan anak yang kini sudah beranjak remaja. Sama seperti anak berusia 4 tahun yang membutuhkan Moms n Dads untuk mengatur waktu tidur dan menerapkannya, anak remaja juga membutuhkan Moms n Dads yang dapat memberikan batasan.
Moms n Dads dapat menetapkan aturan mengenai pekerjaan rumah, kunjungan teman, jam malam, kencan dan diskusikan terlebih dahulu dengan anak agar tidak akan ada kesalahpahaman.
Moms n Dads, jangan heran ya di fase ini anak remaja mungkin akan sering mengeluh, tetapi ia juga akan menyadari bahwa Moms n Dads memegang kendali.
Percayalah remaja masih menginginkan dan membutuhkan Moms n Dads untuk menetapkan batasan dan menegakkan ketertiban dalam hidup mereka, bahkan saat Moms n Dads memberi mereka kebebasan dan tanggung jawab yang lebih besar.
Ketika ia melanggar aturan, maka Moms n Dads dapat mengambil hak istimewanya sebagai tindakan terbaik.
Misalnya Moms dapat mengambil haknya menggunakan gadget selama seminggu.
Coba Moms n Dads memberi anak kendali atas berbagai hal. Sebab, ini dapat membantu anak menghargai keputusan yang memang perlu Anda buat.
Misalnya Moms membebaskan anak remaja untuk membuat keputusan tentang pakaian sekolah, gaya rambut, atau bahkan kondisi kamarnya.
Seiring bertambahnya usia anak remaja Anda, wilayah kontrol itu dapat diperluas untuk mencakup jam malam yang santai sesekali.
Nah, Moms n Dads bagaimana sudah paham kan?