parenting
Anak Nggak Mau Makan: Jangan-jangan Alami Fase Neophobia, Apa Itu?
Jangan langsung menyimpulkan anak mengalami gangguan makan bila di menolak. Bisa jadi sedang mengalami Fase Neophobia. Apa sih itu?
Sejak mendapatkan makanan pendamping air susu ibu alias Mpasi saat usia 6 bulan, si kecil akan mengenal jenis makanan dan berbagai rasa selain ASI.
Pada periode ini hingga usia 1 tahun, mungkin Moms nggak kesulitan saat memberi si kecil berbagai jenis makanan.
Namun, mulai beranjak 1 tahun ke atas dan masuk usia prasekolah atau di atas 2 tahun, si kecil mulai bisa memilih jenis makanan yang ingin dimakannya.
Nggak heran kalau anak kadang menolak makanan yang sudah Moms sediakan.
Menanggapi hal tersebut, dr. Meta Hanindita, Sp.A., menuturkan, anak yang pilih-pilih makanan sebenarnya wajar terjadi.
Mengapa? Karena mulai usia 1 tahun ke atas, anak mengalami fase neophobia atau perasaan takut terhadap makanan baru.
“Ini fase yang sangat normal pada pertumbuhan dan perkembangan seorang anak,” ujarnya
fase neophobia ini, lanjut dr. Meta, merupakan mekanisme survival anak yang sedang aktif agar nggak makan makanan yang bukan makanan.
"Karena sebelumnya kan, usia di bawah 1 tahun, dia sering memasukkan berbagai macam benda ke dalam mulut," jelasnya saat siaran langsung Instagram bersama Tasya Kamila.
fase neophobia, sambung dr. Meta, akan mencapai puncaknya saat anak berusia 2 tahun, lalu berangsur-angsur menghilang sekitar usia 6 tahun, meski pada beberapa anak ada juga yang terbawa hingga dewasa.
Nah, selama fase neophobia, anak kemungkinan bisa mengalami picky eater ataupun selective eater.
Keduanya, kata dr. Meta, berbeda meskipun sama-sama menunjukkan sikap anak yang pilih-pilih makanan.
Perilaku picky eater, sambung dia, terlihat dari sikap anak yang nggak mau makan satu jenis makanan dari kelompok sumber nutrisi tertentu, tapi masih mau memakan makanan lain dengan kandungan nutrisi serupa.
"Misalnya, anak benar-benar nggak mau makan nasi, itu kan jadi sumber karbohidrat. Tapi kalau diajak makan karbohidrat lain, misalnya kentang, ubi, atau roti masih mau. Itu termasuk picky eater," urainya..
Bagaimana dengan selective eater? Kalau selective eater, dr. Meta bilang, anak benar-benar nggak mau makan makanan apapun dari kelompok sumber nutrisi, seperti segala makanan yang menjadi sumber karbohidrat akan ditolak oleh anak.
Dilihat dari perbedaan tersebut, dr. Meta mengatakan picky eater sebenarnya tergolong normal dan masih aman bagi anak dibandingkan selective eater.
"Kalau selective eater bisa jadi, karena gangguan patologis. Misalnya karena ada autism, karena ada kelainan sensori, ada gangguan keterlambatan motorik, dan lain sebagainya. Seharusnya orang tua cari tahu dulu kapan harus dibawa ke dokter anak," tegasnya.
Meski begitu, dr. Meta mengingatkan, jangan mendiagnosis sendiri gangguan makan yang dialami anak, karena akan mempengaruhi cara penanganannya hingga bisa berdampak pada tumbuh kembang anak.
"Dokter juga tidak semudah itu dalam mendiagnosis, harus anamnesis atau melakukan interview yang mendalam, harus lakukan pemeriksaan yang mendalam agar bisa mengetahui atau mendiagnosis masalah makan pada anak," tutupnya.