konsultasi
Belajar dari Bruce Willis, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Demensia Frontotemporal Sejak Dini
Demensia Frontotemporal atau FTD hingga kini belum ditemukan obatnya.
Demensia Frontotemporal yang dialami bintang film Hollywood Bruce Willis setidaknya harus menjadi perhatian khusus untuk bisa mencegahnya sejak dini.
Menurut Dokter spesialis neurologi RSUD Sawah Besar dr Andre SpN mencegah Demensia Frontotemporal bisa dilakukan dengan merangsang stimulasi, seperti bermain puzzle dan belajar bahasa baru.
"Direkomendasikan melakukan aktivitas yang menstimulasi seperti puzzle, belajar bahasa baru atau instrumen musik, dan terlibat dalam percakapan sebanyak 30 menit atau lebih dalam sehari," katanya seperti dikutip Antara.
Demensia Frontotempora sendiri merupakan salah satu jenis Demensia yang disebabkan oleh penurunan fungsi otak sisi bagian depan dan sisi samping otak, yang dalam bahasa medis disebut frontal dan temporal. Biasanya gangguan ini banyak dijumpai pada pasien dengan rentang usia 45 sampai 65 tahun.
Gangguan yang sering dikenal dengan FTD ini berbeda dengan demensia alzheimer. Menurut Andre, demensia alzheimer banyak dijumpai pada usia di atas 65 tahun dan dengan gejala gangguan daya ingat.
Sedangkan, gejala Demensia Frontotemporal yang sering ditemukan adalah perubahan perilaku dan kesulitan dalam menemukan kosa kata dalam berbicara.
"Gejala utama yang sering dijumpai adalah perubahan perilaku, kesulitan memahami perintah, kesulitan menemukan kosa kata dalam berbicara, gangguan dalam perencanaan, hilangnya minat untuk mengerjakan sesuatu yang sebelumnya disukai. Berbeda dengan alzheimer yang lebih dominan gangguan daya ingat," katanya.
Meski begitu, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghentikan FTD. Namun, penanganan yang tepat dibutuhkan, yakni dengan terapi non-obat (non farmakologis) seperti terapi fisik, dukungan sosial, terapi okupasi, terapi wicara, terapi perilaku kognitif dan layanan rehabilitasi.
Terapi seperti ini melibatkan multidisiplin, baik dari dokter Neurologi, dokter Psikiatri, dokter Rehabilitasi Medis dan terapis wicara.
Sedangkan terapi obat lebih diutamakan untuk mengurangi gejala yang timbul dan mengganggu seperti gelisah, tindakan agresif yang kadang mengganggu orang di sekitarnya seperti obat antidepresan atau antipsikotik. Ia juga menyarankan melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per minggu dengan aerobik intensitas sedang seperti jalan cepat, bersepeda, dan menari.
Selain itu, juga bisa latihan kekuatan setidaknya dua kali seminggu seperti yoga dan berkebun.
"Makan-makanan sehat dengan diet seimbang, kurangi meminum alkohol, tidak merokok dan tidak lupa mulai dibiasakan brain check up untuk pemeriksaan fungsi otak secara dini," ujarnya.